PENJAGA HATI




Riska… dimana kakak kamu! suruh dia kembaliin hp aku!” Dina sewot
“Aku gak tau, dia gak ada di rumah”
“Ah alesan aja kamu, mana bisa tadi pagi dia ngehubungin aku pake nomor kamu kalau dia gak ada di rumah!” Sambil menahan sakit, dina berusaha kuat meskipun air matanya tak tertahan.
“Udahlah balik aja ke kelas” Ica menenangkan dina sambil memeluk dan membawanya pergi.
“Jangan dipikirin terus nanti kamu tambah sakit lagi” Sani cemas
“Gimana gak kepikiran coba, lagi sakit gini trus hp ilang, kalau mamah tau kan makin ribet urusannya.”
“Iya iya aku ngerti, tapi masalahnya kamu lagi sakit jangan nambah beban deh”
“Thanks ya… kalian emang sahabat terbaik”
Mereka berpelukan dan terus berusaha menenangkan Dina.
Tiba-tiba Rega menghampiri mereka.
“Kamu baik-baik aja kan Din?”
Dina hanya diam dan mengalihkan tatapan matanya seolah dia tak melihat Rega.
“Kamu gak liat apa?” Ica marah
“Sebenarnya mau kamu apa sih Din? Kenapa kamu ngehindar? Kenapa kamu ngejauhin aku?”
“Kamu gak nyadar apa yang kamu lakuin?”
“Maksud kamu Din?”
“Kamu gak pernah ngertiin aku, kamu gak pernah mau tahu gimana aku! Bahkan aku sakit pun kamu malah ngilang gitu aja? Itu yang kamu sebut cinta? Aku cape ga aku cape…” Ucap Dina menahan air mata dan beranjak pergi.
“Din, tunggu maafin aku!”
“Maaf? Kamu baru minta maaf sekarang? Kemaren-kemaren kamu kemana hah?” Dina meninggalkan Rega diikuti Sani dan Ica.
“Pulang aja yu, bete nih”
“Rega gimana?” tanya Sani
“Ih apaan sih, kok malah ngomongin dia bikin tambah bete aja”
“Maaf, maaf hehe”
“Ya udah yu, dari pada disini lama-lama bikin naik darah aja”
Mereka pulang bersama, dalam hati Dina terus memikirkan Rega, dia berharap Rega akan mengejarnya namun harapannya sia-sia.
Sms dari siapa tuh… hp Dina berbunyi, dengan segera dia mengambil hp dan melihat pesan itu.
“Hey kak?”
“Hey juga, siapa ya?”
“Emm…Ini aku, Ilham anak 7e kak”
“oh iya iya hehe ada apa ya?”
“Sebenarnya gak ada apa-apa sih kak, Cuma khawatir aja? eh iya kak, tadi kenapa? ada masalah sama Riska?”
“Oh itu, Cuma masalah biasa kok”
“Eem, ya udah deh selamat istirahat ya kakak sayang. Maaf udah ganggu waktunya”
“oke, makasih ya udah peduli hehe” dengan bingung Dina membalas pesan dari Ilham, hatinya terus bertanya-tanya, Kakak sayang? Apa maksudnya? Dia ngekhawatirin aku? Ah udahlah cape mending tiduran aja, Dina pun menyimpan hp dan merebahkan tubuh mungilnya di kasur.
“Din ini ada Rega…” tiba-tiba mama berteriak
“Iya mah” Jawabnya,
“huh baru aja istirahat, mana yang nyamperin Rega lagi” gerutu Dina dalam hati.
“Hey Din” Sapa Rega
“Hey, ada perlu apa? Mau ngajak ribut lagi?”
“Punya pacar jutek banget sih, nih aku Cuma mau ngasih bubur buat kamu. Dimakan ya”
“Oh, makasih ya.. Maaf aku gak bisa ngatur emosi aku tadi”
“Gak apa-apa, aku juga ngerti. Aku sayang kamu”
“Aku juga” Jawab Dina singkat
“Ya udah gih makan, aku pulang dulu ya sayang”
“hmm, Hati-hati di jalan”
Dina kembali ke kamarnya, dia merasa bersalah karena terlalu kasar pada Rega.
“Ternyata dia gak seburuk yang aku pikir” ucapnya dalam hati.
Sms dari siapa tuh… hp Dina kembali berbunyi tanda ada pesan masuk, dia segera mengambil hp dan membaca pesan itu, ternyata dari Ilham adik kelasnya.
“Malem kak, udah makan? Maaf ya kalau ganggu”
“Malem juga, udah kok. Gak ganggu sih cuman kakak udah mau tidur hehe”
“Oh ya udah kak, tidur aja lagian udah malem. Selamat bobo ya kakak sayang, sampai ketemu besok di sekolah”
Lagi-lagi Ilham membuat Dina bingung dengan sebutan kakak sayang, maksud dia apa? kok dia panggil kakak sayang terus? Ah entahlah, Dina mematikan lampu dan beranjak tidur.
“Kring… Kring… Kring…!!” Jam weker di kamar Dina berbunyi.
“Gila…udah jam 7 bisa kesinagan nih”
“Pagi ma! Aku buru-buru udah kesiangan”
“Ya udah sana jaga diri kamu, hati-hati sayang”
“Oke mah… dadah”
“Duh angkot lama lagi, gimana nih udah siang banget mana keburu kalau nunggu angkot” Dina terus menggerutu.
“Hey kak, ayo naik keburu siang loh” Sapa seseorang sambil menghentikan motonya
“Kamu Ilham kan? kok kamu disini? Bukannya rumah kita gak searah ya?”
“eh malah banyak tanya lagi, cepet naik kak”
Tanpa berpikir panjang Dina menghampiri Ilham dan segera naik. Di tengah perjalan Dina melihat Rega menjemput Riska yang tak lain adalah mantannya. Dina berusaha kuat namun semakin lama air matanya tak tertahan dia menagis dan tanpa sadar memeluk Ilham.
Sampai di sekolah, Ilham tak berbicara sedikit pun, Ilham hanya mengantarnya tepat di depan kelas.
“Din kamu kenapa? Kok dateng-dateng nangis? Kamu diapain sama Ilham?” Sani cemas
“Emm, Maaf kak aku ke kelas dulu ya udah siang” Ilham segera pergi ke kelasnya.
“Rega… aku kira dia udah berubah. Kemaren Malem dia ke rumah buat nganterin bubur eh tadi pagi aku liat dia ngejemput Riska. Hiks… hiks…” Dina menangis tersedu-sedu.
“Udalah Din, ngapain sih nangisin cowok kaya gitu!” hibur Ica
“Tapi ca… Hiks… hiks…” Dina terus menangis
“Masa kamu nangis Cuma gara-gara cowok gak bener kayak gitu! Mening kamu cari yang lebih baik biar dia nyesel!”
“Iya… Kalian berdua bener..!” Dina berdiri dan memukul meja Bruk…! “Pokoknya aku harus buktiin kalau aku bisa hidup tanpa dia, aku akan buktiin!”
“Gitu dong, itu baru namanya Dina…” sorak mereka berdua.
“By the way, tangan aku sakit nih hehe”
“uuuh.. dasar Dina! Dina!” Mereka tertawa

“Kak aku boleh ngejemput kakak hari ini?” lagi-lagi Ilham membuat Dina bingung dengan pesan yang dikirimnya. Dina tak menolak tawaran Ilham “Lumayanlah buat hiburan” Ucapnya dalam hati.
Semakin hari mereka semakin dekat bahkan berkat Ilham, Dina lebih terhibur dan cepat melupakan Rega. Mereka sering pulang bersama bahkan tak jarang Ilham mampir ke rumah untuk sekedar ngobrol.
“Kak aku pengen cium pipi kakak boleh?” pinta ilham
Dina hanya diam dia bingung dengan permintaan Ilham yang terdengar aneh.
“Hey kak, kenapa? Kalau gak boleh juga gak apa-apa. Lagian aku juga bercanda kok hhe”
“Eh… Boleh siapa yang bilang jangan” Dina menjawab dengan gugup.
Dina memejamkan mata, dengan penuh perasaan ilham mencium pipinya dengan lembut kemudian dia pamit untuk pulang. Hal itu semakin membuat Dina kebingungan dan membuat perasaanya tak menentu.
“Apa dia suka aku? Apa aku suka dia?” Pertanyaan itu berulang-ulang Dina ucapkan. Sejak kejadian itu semua terasa beda, semua terasa lebih indah apa ini yang dinamakan cinta? Sampai akhirnya Dina memberanikan diri dan mengatakan apa yang dia rasakan meskipun lewat pesan.
“Kakak gak tau harus memulainya dari mana, gak tau harus ngomong dari mana. Maaf sebelumnya, kamu boleh marah sama kakak, boleh benci sama kakak bahkan kamu boleh ngejauhin kakak. Tapi kakak gak bisa nahan ini semua, kakak mau jujur sama persaan kakak. Kakak cinta sama kamu ngelebihin ade sendiri, maafin kakak ya”
Dina terus memandangi hp nya berharap Ilham segera membalas, selang beberapa menit Ilham membalas pesan itu:
“Kak, aku juga Cinta sama kakak melebihi apa yang kakak tau”
Dengan segera membala pesan itu, Dia tak menyangka kalau Ilham juga memiliki persaan yang sama.
“Jadi dari sekarang kita pacaran?”
“Iya sayang” Jawab Ilham.
Dengan perasaan bahagia Dina terus membalas pesan dari Ilham begitu pun Ilham, dia tak menyangka Dina berani mengungkapkan perasaanya.
Hari ini Ilham datang ke rumah Dina hari petama dimana status mereka berpacaran, hatinya dag dig dug tak karuan. Dari kejauhan nampak senyum manis dari bibirnya.
“Hai sayang” sapa Ilham.
“Hai” Balas Dina sedikit kaku.
“Cantik banget pacar aku”
“Ah apa sih kamu” Jawab dina dengan malu
“Mau makan apa?”
“Apa deh yang penting kamu suka” Dina tersenyum
“Oke, yu naik..”
Di tengah perjalanan pulang hujan deras sekali, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti sejenak.
“Ujannya gede banget nih gimana?”
“Kamu diem disini ya, jangan kemana-mana tunggu bentar”
“Kamu mau kemana?”
Tanpa menghiraukan pertanyaan Dina, Ilham segera pergi selang beberapa menit Ilham kembali membawakan jaket.
“Pake nih dingin tau” Sambil memakaikan jaket ke badan Dina
Dina tak bisa berbicara, matanya terus menatap Ilham yang sedang memakaikan jaket di badannya.
“Ayo naik..”
Tanpa berpikir panjang Dina langsung naik dan memeluk Ilham, tak terasa air matanya menetes karena bahagia.
“Kamu gak apa-apa di rumah sendirian?”
“gak apa-apa kok! makasih ya sayang!”
“Kalau gitu aku pulang dulu ya, besok aku kesini lagi!”
Dina masuk ke rumah duduk dan melamun, “Ya Allah terimakasih engkau telah memeberikanku anugrah terindah.”
“Hallo sayang selamat malam”
“Hallo juga Ilham sayang, kok baru nelepon sih?”
“Maaf ya, tadi aku langsung mandi gak bilang dulu soalnya basah banget bajunya. Udah makan obat sayang? Kan tadi kehujanan”
“Udah kok tadi”
“Ya udah kamu bobo aja udah malem, Selamat bobo sayang”
Dina menutup telepon dan beranjak tidur.

“Ca, Dina mana?” tanya Ilham
“eh, emangnya Dina gak ngasih tau kamu dia sakit?”
“Oh gitu ya, thanks infonya ca” Ilham segara mengirim pesan:
“Din kamu gak sekolah? Kamu pasti sakit kan? jaga kesehatan kamu jangan lupa makan trus makan obat ya sayang”
“Aku gak apa-apa kok sayang, cuma pusing aja dikit nanti juga sembuh kok”
“Ya udah sana istirahat, nanti pulang sekolah aku ke rumah ”
Pulang sekolah Ilham cepat-cepat pergi ke rumah Dina namun di tengah jalan musibah menimpa Ilham Dia menabrak mobil, Ilham berusaha menghubungi Dina.
“Din aku kecelakaan, Aku di puskesmas dekat rumah kamu cepet kesini”
Tanpa berpikir panjang Dina pergi dengan perasaan tak menentu ketika sampai, Dina melihat darah Keluar dari tubuh Ilham. Dagunya harus dijahit, lukanya cukup parah. Dina tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menenangkan Ilham dan terus mendo’akannya.
“Kamu kenpa? Mikirin aku ya? Sampe jatuh dari motor kayak gini” tanya Dina cemas
“Pd deh, aku udah hati-hati tau Cuma ya udah takdirnya aja kali”
“Aku khawatir tau”
“Aku juga khawatir makanya aku mau jenguk kamu” “Niatnya mau ngejenguk jadi aku yang ngejukin kamu kan” ucap Dina sedih.
“hehe, iya iya maaf aku sayang banget sama kamu Din makasih ya udah nemenin aku terus”
“Aku yang harusnya bilang terimakasih sama kamu, maaf ya gara-gara aku kamu kecelakaan kayak gini”
“Ini semua demi kamu Din, jangan pernah ninggalin aku ya”
“Aku gak mungkin ninggalin orang yang aku cinta”
“Janji jangan tinggalin aku ya?”
“Iya aku janji” ucap Dina
Mereka Menangis dan tersenyum bahagia.
“Terikasih tuhan engkau telah memberikanku malaikat” ucap Dina dalam hati.



Comments

Popular Posts