CINTA ITU TAK SALAH



Setelah aku putuskan untuk move on dari Zhoumi rasanya pekerjaanku menjadi sedikit berat. Apalagi sekarang pekerjaanku semakin berat karena perusahaan
akan mengadakan ulang tahun perusahaan sekaligus pernikahan putri presdir, setiap divisi dituntut mencapai target sesuai waktu yang ditentukan. Aku dan Zhoumi sering pergi kerja di luar, aku yang mulai membangun batas diri dengan dia membuat hubungan kami jadi kaku.

“Kamu ini kenapa sih kok akhir-akhir ini kelihatan aneh” tanyanya suatu hari padaku.
Aku mengalihkan pandanganku dari berkas-berkas yang sedang ku baca yah agar kami tak usah bicara aku selalu menyibukan diri selama kami dalam perjalanan.
“Maaf pak saya tidak mengerti maksud anda” ucapku lalu kembali sibuk dengan berkas-berkasku.
“Tuh kan kamu aneh, kamu terkesan menghindar dan menjaga jarak dariku”
“Anda ini bicara apa mana mungkin saya menjaga jarak dari anda bukankah saya sekertaris anda dan sekarang pun saya duduk di samping anda” ucapku acuh sambil tetap sibuk dengan berkas di hadapanku.
Dia tidak bicara apa-apa lagi tapi aku bisa merasakan dia terus mencuri pandang ke arahku dan aku sebisa mungkin menahan diri agar tak menatap ke arahnya, aku mewanti-wanti diriku sendiri agar tak tertarik padanya karena dia milik orang lain. Aku benar-benar berusaha move on dengan sangat keras, aku menolak dia mengantarku pulang meskipun hari sudah malam, aku juga menolak jika ditawari jalan bersama jika kami kebetulan bertemu di jalan dan orang yang jadi pelampiasanku tentu saja Dimas. Sering kali aku menjadikan Dimas sebagai alasan agar aku bisa menolak dari ajakan Zhoumi.

Akhir pekan adalah kemerdekaan bagiku karena aku tak perlu bertemu dengan Zhoumi dan berkas-berkas yang menumpuk tapi belum tentu aku free karena kak Andra memaksaku untuk tetap membantu di cafe yang selalu penuh dikala akhir pekan.
“Selamat siang, selamat datang di Mouse cafe” sapaku pada pelanggan.
“Tante Manda hallo selamat siang” sapa seseorang padaku.
Aku melihat ke arah orang yang menyapaku dan ternyata itu Syua, aku tersenyum padanya dan dia berlari memelukku.
“Aku kangen sekali pada tante, setiap ke kantor ayah kita tak pernah bertemu” rengek Syua.
“Kan sekarang kita ketemu, Syu mau pesan apa?” tanyaku ramah.
“Syu gak mau makan Syu kesini mau main sama tante”
“Tapi tante sedang bekerja jadi maaf tante tak bisa main dengan Syu” tolakku halus.
Syu langsung berwajah sedih, dia menunduk dan matanya kelihatan berkaca-kaca.
“Ayah sama mamah sibuk dan tante juga sibuk, gak ada yang mau maen sama Syu” ucapnya sedih.
Aku sedih melihatnya, jadi mau tak mau menurutinya untuk bermain bersama. Setelah meminta izin kak Andra aku mengajak anak itu bermain di taman tak jauh dari rumahku.
Kasihan sekali anak sekecil itu pergi sendirian dari rumah menuju cafeku hanya karena kesepian. Dia sangat senang bermain segala permainan sederhana yang ada di taman setelah lelah bermain aku membawanya pulang ke cafe dan memberinya makan.

“Syu, ayah sama mamah kamu tahu kamu datang kesini?” tanyaku.
“Ayah tidak tahu tapi mamah tahu kan tadi mamah yang anterin kesini” ucapnya polos
“Lalu mamahnya kemana sekarang?”
“Ketemuan sama papah baru”
“hah? Papah baru?” tanyaku heran.
“Iya mamah bilang sebentar lagi Syu akan punya papah baru”
Aku hanya menatap bingung mendengar ucapannya, bukannya selama ini orangtua Syua terlihat baik-baik saja kenapa bisa mereka bercerai padahal kemarin Zhoumi masih menyiapkan bunga mawar untuk istrinya. Huh aku menggelengkan kepala berusaha mengenyahkan spekulasi-spekulasi yang betmunculan di kepalaku. ‘Mereka orang asing apa peduliku’ ucapku dalam hati meyakinkan diriku sendiri meskipun ada sedikit cahaya yang berpendar di hatiku, sedikit harapan jika mungkin masih ada jalan untuk cintaku.

Matahari sudah terbenam sejak tadi dan Syua sudah terlelap barulah orangtuanya datang menjemput. Seorang pria yang datang bersama ibunya Syua menggendong Syua ke pangkuannya dan Zhoumi yang ada di tempat itu juga biasa-biasa saja. Aku bingung melihat interaksi mereka bertiga tapi aku tak punya nyali untuk bertanya.
“Terima kasih sudah menjaga Syua hari ini, maaf telah merepotkanmu tapi tadi Syua merengek ingin diantar bertemu denganmu daripada menemaniku mempersiapkan pernikahan” ucap ibunya Syua yang kuyakini istri Zhoumi tapi kenapa dia begitu santai membicarakan pernikahannya di hadapan Zhoumi.
“Kami pamit dulu sekali lagi terima kasih sudah menjaga Syua” ucapnya lagi sambil berpamitan.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya hingga dia berlalu dengan mobilnya. Aku berbalik hendak masuk ke rumah hingga mataku menangkap Zhoumi masih berdiri di sampingku dengan senyum manisnya.
“Bisakah kamu membuatkanku secangkir kopi?” tanyanya.
Aku menatap bingung ke arahnya lalu akhirnya mengangguk. Aku menyiapkan coffee untuknya, di rumah hanya ada kami berdua karena kakak dan kakak iparku masih berada di cafe mereka jadi aku merasa sedikit tidak nyaman dengannya. Dia tersenyum menerima cangkir coffee pemberianku dan meminumnya sedikit.

“hah… hari ini hari yang melelahkan” ucapnya sambil bersandar manis pada kursi yang dia duduki.
‘Melelahkan yah tentu melihat seseorang yang kita cintai bersama orang lain adalah hal yang melelahkan dan aku mengalaminya setiap hari karenamu’ ucapku dalam hati.
“Mempersiapkan pernikahan itu sangat melelahkan, yang menikah dua orang tapi yang sibuk semua orang” curhatnya.
Aku hanya diam tak menanggapi ucapannya, yah aku sendiri bingung harus berkata apa. Zhoumi menatapku dan aku sebisa mungkin menghindar agar tak balas menatapnya.
“Apa aku tak menarik lagi di matamu?” tanyanya tiba-tiba.
Aku menatap bingung ke arahnya sedangkan dia malah tersenyum menatapku.
“Anda ini bicara apa pak?” tanyaku canggung.
“Aku pikir aku belum terlalu tua hingga harus dipanggil pak olehmu, ini kan bukan di kantor tak bisakah kamu berbicara lebih santai denganku?”
Aku tak tahu apa yang terjadi pada orang ini, hingga tiba-tiba bersikap seaneh ini apa patah hati begitu berpengaruh padanya?
“Aku tahu selama ini kamu selalu menatapku diam-diam, tapi kenapa sekarang kamu tak melakukannya lagi”
Deg… aku merasa malu setengah mati, ternyata aku ketahuan selalu menatapnya, aku menunduk malu dan berharap pipiku tidak memerah membuatku semakin terlihat memalukan. Dia menatapku dan tersenyum setelahnya.
“Hai… santai saja kenapa kamu jadi merah gitu?” tanyanya sambil tersenyum geli.
“Maaf atas apa yang telah saya lakukan, saya tak akan mengulanginya lagi” ucapku tertunduk.
Dia tertawa begitu renyah, ini kali pertama aku mendengar tawanya dia mendekat lalu menggenggam tanganku.
“Jangan begitu, aku senang kok ketika kamu selalu menatapku bahkan rasanya aneh ketika kamu tak melakukannya serasa ada yang kurang” ucapnya.
Aku mengangkat wajahku dan menatapnya yang tepat ada di depanku, sejenak kami saling menatap dengan senyum manis yang terus terpatri di bibirnya.
“Aku ingin kamu bukan hanya menatapku dari jauh tapi aku ingin kita selalu bertatapan sedekat ini setiap waktu” ucapnya.
Blush mukaku memanas mendengar ucapannya, jantungku berpacu sangat cepat mungkinkah… mungkinkah dia juga tertarik padaku. Aku tersenyum padanya tapi senyumku langsung sirna ketika mengingat kenyataan siapa dia dan siapa aku. Aku langsung berdiri menjauh, bisa kulihat wajah heran yang terpatri di wajahnya.
“Sudah malam, bukankah tidak baik seorang pria berkunjung ke rumah wanita hingga jam segini. Selamat malam” ucapku mengusirnya secara halus.
Dia mengerti maksud ucapanku dan beranjak pergi, dia memasang wajah penuh senyumnya lagi dan berpamitan padaku. Tak berapa lama kakakku dan istrinya pulang, aku tak menggubris mereka dan langsung lari menuju kamarku. Ini terasa sangat menusuk hatiku, membuat air mataku menetes membanjiri pipiku. Aku mencintainya yah sangat tapi melihat dia begitu mencintai istrinya selama ini rasanya tidak mungkin dia membalas cintaku. Tapi yang paling menyakitkan dia memanfaatkan rasa cintaku untuk menjadi pelampiasan kekecewaannya.

Senin pagi aku berangkat kerja dengan mataku yang sedikit sembab, ketika keluar Zhoumi sudah duduk di dalam mobilnya menungguku. Aku mengabaikannya dan berjalan ke arah berlawanan tapi sebuah tangan mencekalku.
“Hai… mau kemana, ayo berangkat bareng” cegat Zhoumi.
“Maaf pak saya sudah ada janji dengan teman saya” tolakku halus
“Dengan siapa? dengan temanmu staf design itu? dia sudah berangkat”
“Kalau begitu saya akan berangkat sendiri saja”
“aku sudah menjemputku kesini ayo berangkat bersama”
“Tidak perlu pak saya akan naik taxi saja”
“Kamu ini kenapa sih? Aku sudah datang menjemputmu tapi kamu menolak, ini bukan kali pertama kamu menolakku sebelum-sebelumnya juga kamu selalu menolakku dengan berbagai alasan. Sebenarnya apa salahku padamu? Kenapa jadi begini? bukankah aku sudah bilang ingin lebih dekat denganmu apakah kamu menolakku?” tanyanya bertubi-tubi.
“Bapak yang sebenarnya kenapa? Saya hanya sekertaris anda mengapa anda harus repot-repot mengantar jemput saya? Apa anda begini pada sekertaris anda yang lain?”
“Tentu saja tidak aku hanya melakukan ini padamu”
“Mengapa anda melakukannya pada saya?”
“Karena aku mencintaimu”
Aku terdiam mendengar ucapannya, aku mundur dan langsung berbalik meninggalkannya.
“Aku bilang aku mencintaimu dan aku juga bisa melihat dari matamu kalau kamu juga mencintaiku lalu kenapa kau malah pergi” tuntutnya sambil kembali mencekal lenganku.
“Sudahlah kita sama-sama tahu keadaannya, anda sudah berkeluarga jadi lupakan saja semua ini tak penting”
“Berkeluarga? apa maksudmu?”
“Anda memiliki anak dan istri apalagi” ucapku ketus.
Zhoumi menatapku dan tertawa, aku bingung melihat reaksinya hingga tak sempat menghindar ketika dia menarikku untuk masuk ke mobilnya.
“Siapa yang bilang aku sudah memiliki anak dan istri?” tanyanya geli.
Aku diam saja tak merespon bahkan ketika dia memasangkan sabuk pengaman ke tubuhku aku hanya diam mematung.
“Kenapa kamu berspekulasi sesukamu? Aku belum menikah aku masih single” ucapnya masih dengan tawa gelinya.
Aku menatap tak percaya padanya tapi sama sekali tak ingin berkomentar.
“Syua bukan putriku dia anak Zara adikku, dia lahir tanpa ayah jadi akulah yang menjadi ayah baginya tapi sekarang ayah kandungnya telah kembali dan mereka akan segera menikah” jelasnya
Aku hanya diam tak tahu harus bicara apa, semua kenyataan ini terlalu membingungkanku bagaimana tidak selama ini aku terus meyakinkan diriku jika Zhoumi sudah berkeluarga dan sekarang kenyataannya wanita yang kukira istrinya adalah adiknya memang benar wajah mereka mirip tapi aku tak pernah menyangka jika mereka kakak beradik. Kenyataan yang baru saja aku dengar tak sanggup dicerna dengan cepat oleh otakku jadi aku hanya bengong saja.
“Kenapa diam saja? kamu tak percaya padaku? Baiklah aku akan membawamu ke tempat yang bisa membuktikan ucapanku” ucap Zhoumi dan memutar balikan mobilnya.
“Bapak akan membawaku kemana? kita harus ke kantor pak” ucapku sedikit histeris.
Zhoumi tidak mendengarku dan menjalankan mobilnya menuju sebuah perumahan yang tak jauh dari cafe mouse. Mobil Zhoumi berhenti di sebuah rumah besar dan dia langsung menarik tanganku untuk keluar.
“Sebenarnya kita ini akan kemana?” tanyaku heran.
“Bertemu orangtuaku” jawabnya santai.
“Tapi kita harus bekerja”
“Sehari tidak bekerja tak akan membuat perusahaan bangkrut lagi pula presdir akan memaklumi jika putranya sedang berjuang untuk mendapatkan hati calon mantunya”
“Apa yang anda bicarakan?” tanyaku heran.
Zhoumi tertawa mendengar ucapanku lalu dia membawaku masuk ke rumah itu. Pertama masuk mataku langsung menangkap foto keluarganya dan ternyata memang benar ada presdir di foto keluarganya Zhoumi. Aku melirik ke arahnya dan dia hanya tersenyum ke arahku.
“Amanda kamu benar-benar luar biasa, kamu mencintaiku tanpa tahu siapa aku sebenarnya” ucapnya sambil mengacak rambutku.
Aku masih terselubungi kebingungan ketika seorang wanita paruh baya menyambutku bahagia karena dia bilang ini kali pertama Zhoumi memperkenalkan seorang wanita pada keluarganya. Seakan belum cukup rasa bingung semakin bertambah ketika Zhoumi memperkenalkan aku pada seorang nenek yang dia panggil istri. Setelah mengajakku berkeliling Zhoumi membawaku melihat kamarnya dan mendudukan aku di kursi balkon yang ada di depan kamarnya.
Zhoumi menatapku yang masih bengong dan tersenyum geli.

“Nah nona manis apa ada yang ingin ditanyakan?”
“Entahlah… ini terasa membingungkan” jawabku jujur.
Zhoumi tertawa dan meraih tanganku serta menggenggamnya, dia menatapku dan tersenyum.
“Amanda inilah aku yang sebenarnya, aku tidak berbohong akan perasaanku yang mencintaimu. Seperti keinginanku mari kita saling mengenal lebih dalam lagi sebelum kita melangkah ke jenjang selanjutnya bersama”
Aku hanya diam menatapnya, entahlah ini terlalu mendadak bagiku aku mencintainya yah aku rasa perasaan itu belum hilang tapi pernyataan ini rasanya terlalu mengagetkanku.
“Sayang katakan sesuatu kenapa diam saja”
“bisakah anda jelaskan lagi pada saya apa sebenarnya yang terjadi disini?” tanyaku masih bingung.
“Baiklah aku akan menjelaskan segalanya, aku Zhoumi anak pertama dari Presdir Henry aku punya adik perempuan bernama Zara dia adalah wanita yang selama ini kamu sangka sebagai istriku, dia juga adalah ibu dari Syua. Bunga yang selama ini kamu siapkan untuk wanita yang kusebut istriku adalah nenekku yang menderita alzhaimer dan menganggapku sebagai suaminya karena wajahku mirip dengan kakekku. Inilah aku pria yang selama ini kamu pandangi, salam kenal” ucapnya sambil tersenyum.
Aku menatapnya tanpa berkedip, aku tak tahu bagaimana perasaanku saat ini hatiku rasanya membuncah penuh kebahagiaan. Air mataku langsung menetes yah aku benar-benar bahagia selama ini inilah yang selalu kuimpikan dicintai oleh orang yang selama ini aku cintai. Zhoumi menghapus air mataku dan memelukku dan itu sukses membuatku terisak.
“yah kenapa kamu malah menangis?”
“Aku bahagia terlalu bahagia kamu tahu selama ini aku sangat-sangat mencintaimu tapi aku menahan diriku karena yang aku tahu kamu milik wanita lain. Aku selalu menyalahkan hatiku yang melabuhkan cintaku ke tempat yang salah. Hari ini aku benar-benar bahagia ketika tahu cintaku tidak berlabuh di tempat yang salah. Aku mencintaimu tanpa harus merasa bersalah karena kamu bukan milik wanita lain seperti bayanganku.” ucapku terisak.
Zhoumi tersenyum dan menghapus air mataku, dia menarikku ke pelukannya.
“Cintamu tidaklah salah sayang, cintamu membawamu padaku ke tempat yang benar, ke tempat cinta yang telah menunggumu sejak 7 tahun lalu”
Aku menatap bingung ke arahnya, dan dia hanya tersenyum kembali padaku.
“7 tahun lalu kita bertemu di halte saat hujan turun di Senin pagi” jelasnya sambil tersenyum.
Aku menatap tak percaya pria yang selama ini aku cintai memang benar pria yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Cinta memang tak pernah salah mengenali hati yang tepat meskipun jeda waktu pernah memisahkan dua hati itu.
“Yah akulah pria berpayung yang selama ini kamu cari sayang”
Aku tersenyum memandangnya, rasanya tuhan benar-benar baik padaku, hari ini aku menuntaskan cinta terpendamku, melepaskan rasa bersalah yang bergelayut di hatiku dan mendapatkan cinta pertamaku. Hari ini di senin pagi hatiku kembali bersemi seperti senin pagi 7 tahun lalu, aku merasa aura pink benar-benar menyelimuti kepalaku. Berhadapan dan saling berpegangan tangan dengan orang yang kau cintai dan mencintaimu itu cukup membuatmu bahagia yah dan aku harap bahagia itu akan selalu mengalir seiring jalan hidupku bersamanya, bersama dia bersama pria yang selalu tak pernah bosan untuk ku tatap.

Comments

Popular Posts